Wednesday, June 25, 2014

Kingdom   : Plantae
Divisio       : Magnoliophyta
Classis       : Magnoliopsida
Subclassis  : Dillenidae
Ordo         : Dilleniales
Famili        : Dilleniaceae
Genus        : Davilla
Spesies      : Davilla rugosa Poiret.


I think i'm falling in love at the first sight to Davilla rugosa. The first time I saw this species, it seems hard to close my mouth. I'm sure it smells fragrant flowers. Beautifull, fun, and comfortable to be seen. I hope to see that's species.
You can follow me at https://www.facebook.com/arniyas

My name is Arni Purwaningtyas, i'm 20 years old. But many people believe that I am a Senior High School (SHS). Faces maybe deceive yaa, but in reality all close friend, companions, parents, and almost all were recognized me say that I was spoiled. yes I admit, sometimes it"s out on its own properties. But its'n uncommon since I graduated from a senior high school and started college, I feel that once I was always protected by friends, attention, and a large body for some reason in this lecture I feel being the one to relented and protect college friend. Yes this is the wheel of life, there are times when I have to get out of the uncomfortable phase, and now I'm fighting against the severity of life, disappointed, anxious, angry, stressed, depression, never even slept the whole time because of the coursework. Although sometimes I am bored,and want to finish it all, but everyone always strengthen me and convinced me that I definitely could, say that success is achieved from weeping, cruelty, and suffering. I Love Allah.

This is my first picture at Junior High School (JHS):
 
My collection picture :
Dulu saya suka sekali membuat cerpen alias cerita pendek, puisi, syair, dan membaca novel serta komik. Namun, kedua orang tuaku selalu marah ketika aku membaca novel dan komik. Mereka ingin aku belajar dan membaca buku-buku ilmu pengetahuan. Setiap kali aku mencoba untuk membuat cerpen, selalu saja tertunda, ini ada sedikit cuplikan dari cerpen karyaku.

Bunga bermekaran, daun terlihat segar mendayu-dayu diterpa angin kala hujan membasahi bumi. Katak berlompat-lompatan kesana kemari, bernyanyi dengan senangnya, bergerombol bersama teman serta keluarganya meramaikan heningnya malam itu. Air terus-menerus  menggenangi daerah yang bisa dibilang amat kumuh, penuh kotoran  dan sampah dimana-mana. Bunga-bunga yang tadinya tersenyum bahagia menjadi lusuh, lemas, gundah, dan resah bersama ikut pilu melihat keadaan tersebut.
Dari kejauhan terlihat seorang perempuan lugu berbaju kumuh melamun di depan rumahnya. Rasanya dia merenungi kehidupannya yang di anggap tidak bisa seperti orang-orang di luar sana dengan mewah, bisa pergi kemana-mana mengendarai kendaraannya, bermain ramai-ramai dengan teman sebayanya, pergi bersekolah dan belajar disana serta mendapatkan pengajaran yang begitu mengasikkan.
Dengan perasaan sedih, gundah, dan tak henti-hentinya dia berharap akan adanya keajaiban hingga ia bisa mendapatkan apa yang ia impikan dari dulu. Ketika ia duduk di dalam rumah yang tak  jauh beda, ada seorang ibu dengan wajah setengah baya berpakaian kumuh duduk memperhatikannya diam-diam dan mulai merasakan apa yang anak perempuan itu pikirkan. Beliau merasa sedih, dan bersalah. Terlihat dari raut mukanya yang sangat lemas dan lemah.
Sudah 3 jam mereka terdiam hingga hujan berhenti. Waktu itu jam telah menunjukkan pukul 9 malam.
“Nak, apa kamu tidak mengantuk?”, suara ibu setengah baya membangunkan lamunannya, beliau beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri anak itu.
Ternyata perempuan itu adalah putrinya, anak satu-satunya yang sangat beliau sayang, anak baik hati yang selalu membantunya mencari nafkah untuk kelangsungan hidup mereka.
“Iya bu, saya akan tidur”, dengan nada begitu lemas dan muka memelas dia beranjak dari tempat itu menuju kamar  tidur yang selama 15 tahun ia tumpangi.
Kamar yang begitu sederhana, di dalamnya hanya terdapat satu guling mungil kesayangannya sekaligus teman setia saat tidur. Kasur dengan kapas-kapas basah tertetesi air hujan malam itu,
          “Andai  jalan hidupku tak seperti ini, mungkin sekarang aku bisa bersenang-senang dan merasakan hidup sebenarnya. Kapan ya aku bisa mewujudkan keinginanku? Rasanya aku sudah tak tahan lagi menjalani ini semua. Aku ingin semua ini berakhir, karena aku butuh kehidupan yang layak. Aku percaya semua akan berjalan lebih baik dan apa yang aku inginkan pasti terwujud. Aku punya ibu yang begitu sayang padaku,  meski aku tak tahu dimana ayah ku, tapi suatu saat aku pasti bisa bertemu dengannya. Aku juga punya Allah, yang selalu membantuku dan mengerti aku. Orang-orang di sekitar perkampungan dan teman-teman yang baik hati.”, bisiknya dalam hati.
Begitu semangat dirinya menjalani hidup, walaupun tak ada sesuatu barang berharga yang ia punya. Dia tak pantang menyerah untuk menjalani semua beban hidupnya.