POTENSI
MINYAK BIJI BUAH BINTARO ( Cerbera
manghas L. )
SEBAGAI
ENERGI ALTERNATIF PENGHASIL BIODIESEL
ARNI
PURWANINGTYAS ( 4401412123 )
Jurusan
Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas
Negeri Semarang
ABSTRAK
Biodiesel adalah bahan bakar
yang terbuat dari bahan yang bersifat dapat diperbarui seperti tumbuh-tumbuhan
dan hewan-hewanan. Tanaman Bintaro ( Cerbera manghas L. ) atau
biasa disebut Mangga Laut, Buta Badak, Babuto,
dan Kayu Gurita, sedangkan dalam bahasa Inggris Sea mango, Pong-pong
tree, Indian suicide tree, Othalanga, Odollam tree, pink-eyed cerbera Dog
bane, merupakan salah satu tanaman yang bijinya
mengandung kadar lemak/minyak sebesar 46-64% dan dapat diolah menjadi sumber
energi yang ramah lingkungan. Seluruh bagian tanaman bintaro mengandung
racun “cerberin” yang dapat menghambat saluran ion kalsium di dalam otot
jantung manusia, sehingga dapat mengganggu detak jantung dan dapat menyebabkan
kematian, asap dari pembakaran kayunya juga dapat menyebabkan keracunan. Penelitian
tentang biodiesel yang terus berkembang saat ini diharapkan dapat menemukan
sumber-sumber bahan baku yang berasal dari minyak atau lemak tanaman non
pangan. Pembuatan biodiesel (metil ester) dari minyak biji bintaro diekstrak
dengan menggunakan peralatan soxhlet dengan pelarut n-heksana selama 6-8 jam. Minyak
yang dapat diekstrak dari biji bintaro adalah sekitar 60,70% dari berat serbuk
kering. Komposisi asam lemak penyusun trigliserida minyak biji bintaro terdiri
dari asam lemak palmitat 4,91%, asam palmitoleat 17,7%, asam stearate 3,21%,
asam oleat 34,02%, asam elaidat 8,54%, asamlinoleat 16,74%. Asam linolelaidat
4,49%, dan asam linoleat 0,40%. Mencari dan
mengolah sumber energi yang ramah lingkungan perlu adanya kepedulian masyarakat
terhadap lingkungan yang sehat, hijau, asri dan untuk tidak selalu tegantung
pada pasokan bahan bakar minyak fosil.
Kata Kunci : Biodiesel,
Minyak biji buah Bintaro ( Cerbera manghas L. ), dan Transesterifikasi, Racun
Cerberin.
PENDAHULUAN
Bahan bakar minyak
bumi diperkirakan akan habis jika dieksploitasi secara besar-besaran.
Ketergantungan terhadap bahan bakar minyak bumi dapat dikurangi dengan cara
memanfaatkan bahan bakar biodiesel, dimana bahan bakunya masih sangat besar
untuk dikembangkan (Darmanto, Ireng,
2006). Tanaman bintaro banyak tumbuh di tepi
pantai, daerah payau dan cukup popular sebagai tanaman penghijauan kota dan
daunnya yang rimbun sangat cocok untuk peneduh, sekaligus sebagai penghias
taman kota dan belum banyak di manfaatkan sehingga nilai ekonomisnya masih
rendah. Termasuk tumbuhan mangrove, biasanya tumbuh di bagian tepi daratan atau
hutan rawa pesisir atau di pantai hingga jauh ke darat 800 meter di atas
permukaan laut, menyebar di daratan terbuka dan tempat yang tidak teratur
tergenang air pasang surut (Purwanto et.
al. 2011) yang berasal dari daerah tropis di Asia, Australia, Madagaskar,
dan kepulauan sebelah barat Samudera Pasifik.
Indonesia adalah
Negara beriklim tropis yang memiliki karakteristik sepanjang tahun mendapat
sinar matahari dan memiliki curah hujan yang tinggi. Dengan potensi ini
Indonesia dapat mengembangkan produksi biodiesel sepanjang tahun untuk
mengatasi masalah krisis energi, sebab sinar matahari merupakan sumber
kehidupan tumbuhan penghasil minyak biodiesel. Dengan peningkatan produksi
minyak biodiesel ini maka diharapkan dapat mengurangi angka impor minyak dan
memenuhi kebutuhan minyak domestik yang mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Indonesia adalah Negara kaya dengan sumber daya alam yang dapat diperbarui,
sehingga banyak pula bahan baku yang dapat digunakan untuk memproduksi
biodiesel. Banyaknya bahan baku penghasil minyak biodiesel dapat menjadi
keunggulan Indonesia untuk melakukan pengembangan produksi minyak biodiesel.
Bahan baku yang dijadikan sebagai suplemen ataupun pengganti minyak bumi tentu
harus memiliki nilai potensi yang tinggi.
Untuk itu,
penelitian tentang analisa potensi bahan baku biodiesel sebagai suplemen bahan
bakar motor diesel di Indonesia sangat diperlukan untuk dapat memberikan
pilihan bahan bakar biodiesel yang cocok digunakan sebagai suplemen maupun
pengganti bahan bakar motor diesel, sehingga krisis energi bahan bakar minyak
bumi dapat teratasi. Selain krisis energi, dengan adanya perindustrian produksi
minyak biodiesel, diharapkan dapat mengurangi tingkat pengangguran, kemiskinan,
dan meningkatkan ketahanan energi di Indonesia.
Buah bintaro masih belum dimanfaatkan,
dibiarkan jatuh berserakan di bawah pohon sebagai sampah. Selain dari mengatasi
kelangkaan energi dan sumber pendapatan, pengembangan bintaro memberikan
manfaat lingkungan dalam penyerapan emisi karbon dioksida dan mencegah emisi
dari lahan gambut. Bintaro tumbuh bebas di lahan-lahan di kawasan hutan tanpa
dipelihara, bila diusahakan sebagai tanaman komersial dapat menghasilkan
sekitar 2,2 ton minyak mentah atau sebesar 1,8 ton biodiesel atau senilai
sekitar 10 juta rupiah per tahun.
Biodiesel adalah suatu ester
monoalkali dari asam lemak rantai panjang yang berasal dari minyak tumbuhan dan
lemak hewan, yang dapat digunakan sebagai bahan bakar pada mesin diesel.
Kandungan utama dari biodiesel ini adalah metil ester asam lemak yang
dihasilkan dari trigliserida dalam minyak tumbuhan atau lemak hewan, melalui
reaksi transesterifikasi dengan methanol dan bantuan katalis. Hasilnya adalah
suatu bahan bakar yang tidak berbeda karakteristiknya dengan bahan bakar diesel
konvensional. Biodiesel dapat digunakan langsung dalam mesin diesel atau
dipakai untuk campuran bahan bakar diesel.
Cadangan dan produksi bahan bakar minyak bumi
(fosil) di Indonesia mengalami penurunan 10% setiap tahunnya, sedangkan tingkat
konsumsi minyak rata-rata naik 6% per tahun. Permasalahan yang terjadi di
Indonesia saat ini yaitu produksi bahan bakar minyak bumi tidak dapat
mengimbangi besarnya konsumsi bahan bakar minyak, sehingga Indonesia melakukan
impor minyak untuk memenuhi kebutuhan energi bahan bakar minyak setiap harinya.
Hal ini dikarenakan tidak adanya perkembangan produksi pada kilang minyak dan
tidak ditemukannya sumur minyak baru. Sebagai solusi permasalahannya adalah
diperlukannya diversifikasi energi selain minyak bumi. Salah satu diversifikasi
energinya adalah dengan memproduksi minyak biodiesel. Minyak biodiesel
merupakan bahan bakar alternatif yang terbuat dari sumber daya alam yang dapat
diperbarui, meliputi minyak tumbuhan dan hewan, baik di darat maupun di laut.
Minyak yang diperoleh dari biji buah bintaro beracun dan cukup banyak , dengan
kadar berkisar 54,33% dan berpotensi sebagai bahan baku biodiesel melalui
proses hidrolisis ekstraksi, dan destilasi. Tumbuhan bintaro mempunyai daya
guna yang banyak, antara lain bagian akar, kulit, getah, dan daunnya dapat
berguna sebagai obat pencahar, kayunya berguna untuk menghasilkan minyak yang
dapat digunakan sebagai minyak lampu, obat kudis, obat sendi, dll. Kandungan
minyak biji bintaro yang cukup besar ini sangat mungkin dapat dimanfaatkan
untuk kepentingan lain yang lebih bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Beberapa masalah yang kita bahas dalam artikel
penelitian ini adalah (1) kondisi kekinian atau permasalahan mengenai tanaman biji buah
bintaro ( Cerbera manghas L.), (2) metode
dan cara pengelolaan biji buah bintaro sebagai energi alternatif penghasil
biodiesel (3) pembudidayaan biji buah bintaro ( Cerbera manghas L.).
Dari rumusan masalah tersebut dapat
dituliskan tujuan dari pembuatan artikel ilmiah ini, antara lain adalah (1)
mengetahui kondisi kekinian atau permasalahan mengenai tanaman biji buah
bintaro ( Cerbera manghas L.), (2)
mengerti tentang metode dan cara pengelolaan biji buah bintaro sebagai energi alternatif
penghasil biodiesel, (3) mengetahui upaya pembudidayaan dan manfaat biji buah
bintaro ( Cerbera manghas L.) di kalangan
seluruh masyarakat Indonesia.
Manfaat yang didapat dari pembuatan artikel
ilmiah ini adalah mahasiswa jadi lebih mengerti dan diharapkan dapat
mempraktikan cara pengelolaan tanaman biji buah Bintaro ( Cerbera manghas L.) yang berancun. Diharapkan mahasiswa juga
dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada masyarakat tentang budidaya
tanaman biji buah Bintaro yang memiliki manfaat tinggi dan tepat dalam pengelolaan
tanaman dan hasilnya.
GAMBARAN
KHUSUS
Pemanfaatan biodiesel dari
tanaman Bintaro berasal dari bijinya yang diambil dari buah yang sudah
mengering atau yang jatuh ke tanah. Tumbuhan bintaro mempunyai ciri-ciri berupa
biji banyak, memiliki ketinggian mencapai 4-6 meter dengan batang tegak berkayu
banyak percabangan, bentuk bulat, dan berbintil-bintil hitam, kulit batangnya
tebal dan berkerak. Daun bintaro merupakan daun tunggal dan berbentuk lonjong
memanjang, simetris dan menumpul pada bagian ujung dengan ukuran bervariasi,
tersusun secara spiral, dan terkadang berkumpul pada ujung roset, tepi daun
rata, pertulangan daun meyirip, permukaan licin, dengan ukuran panjang 15-20
cm, lebar 3-5 cm, dan berwarna hijau tua. Daun bintaro biasanya berjejalan di
ujung cabang, dan bunganya berwarna putih , berbau harum, dan terletak di ujung
batang. Bunga tanaman ini berbentuk terompet, terdapat pada ujung pedikel
samosa dengan lima petal yang sama (pentamery) dengan korola berbentuk tabung,
merupakan bunga majemuk berkelamin dua (hermaprodit), dengan panjang tangkai
putik 2-2,5 cm, kepala sari bagian bunga berwarna coklat, sedangkan kepala
putiknya hijau keputih-putihan. Buah bintaro merupakan buah drupa (berbiji)
dengan serat lignoselulosa yang menyerupai buah kelapa dan berbentuk oval mirip
dengan buah manga, berwarna hijau pucat saat masih muda, berwarna merah bila
sudah masak, dan berwarna kehitaman setelah tua, namun daging buahnya berserat
dan tidak dapat dimakan karena beracun. Biji bintaro berbentuk pipih, panjang,
berakar tunggang, dan berwarna cokelat. Seluruh bagian tanaman bintaro
mengandung getah berwarna putih seperti susu.
Hampir seluruh bagian tanaman Bintaro mengandung racun cerberin, namun memiliki banyak potensi, baik sebagai tanaman penghijauan maupun sebagai penghasil biofuel. Apabila dikonsumsi, biji tumbuhan bintaro dapat menyebabkan muntah, mengantuk, denyutan nadi menjadi lemah, tekanan darah rendah, keletihan, sakit perut, degup jantung yang tidak normal, dan anak mata mengembarn. Daun tumbuhan ini juga dapat memberi pengaruh pada system saraf pusat. Inti biji bintaro yang masak dan segar mengandung cerberin 0,6% setiap 1% dari komponen yang ada pada biji tersebut dan zat pahit yang beracun. Berikut klasifikasi dari tanaman buah Bintaro :
Kingdom :
Plantae
Divisio :
Spermatophyta
Sub Divisio :
Angiospermae
Classes :
Dicotyledonae
Ordo :
Gentianales
Familia :
Apocynaceae
Genus : Cerbera
Species :
Cerbera manghas L
Gambar 1: Tumbuhan dan Buah Bintaro
Proses transesterifikasi adalah proses
mereaksikan minyak nabati maupun hewani dengan alkohol/ metanol(dengan katalis
berupa hidroksida kuat seperti NaOH/KOH. Penggunaan KOH sebagai katalis yaitu
lebih mudah digunakan, waktu yang perlukan 1,4 kali lebih cepat dibandingkan
dengan penggunaan NaOH, dan dapat menghasilkan pupuk potas. Proses ini
menghasilkan dua produk yang meliputi metil ester dan gliserol
(Syamsudin.2010). Metil ester inilah yang biasa disebut dengan biodiesel.
Biodiesel ini juga disebut sebagai FAME ( Fatty Acid Methyl Ester).
Untuk menekan pertumbuhan konsumsi BBM
domestic, salah satu cara yang bias ditempuh adalah dengan membuat regulasi
tentang penghematan energy nasional dan pengembangan energy alternative. Di
Indonesia sumber utama energy di dalam negeri masih bertumbu kepada jenis bahan
bakar fosil, padahal banyak sumber energy alternative yang dapat dimanfaatkan
bahkan bias mampu menggantikan peran energy fosil tersebut. Salah satu bahan
bakar alternative yang berpotensi untuk mengatasi permasalahan bahan bakar di Indonesia adalah biodiesel.
Biodiesel berkembang karena adanya potensi besar terhadap penerapannya dalam
bidang industri, selain lebih efisien, mudah didapatkan, biodiesel ini juga
dianggap ramah lingkungan. Banyak riset menunjukkan, bahwa bahan bakar
biodiesel ini dapat menurunkan tingkat polusi akibat logam berat, asap, gas-gas
beracun, dan juga pencemaran air. Bahkan dengan penggunaan biodiesel ini, efek
rumah kaca (pemanasan global) akibat emisi gas CO2 dapat ditekan seminimal
mungkin. Hal ini dikarenakan oleh sifat biodiesel yang merupakan bahan bakar
yang dapat diperbarui dan mudah terdegradasi oleh alam.
Dikupas dari buahnya
Dibuka daricangkangnya
Dikeringkan sinar matahari
± 4-5 hari atau dipanaskan di
dalam oven ± 2-3 hari (sampai berat konstan)
Digiling (diblender) sampai halus
Diekstraksi dengan n-heksana pada suhu 70-80° C selama ± 8 jam di dalam
soxhlet
1). Pengeringan dengan Na2SO4
2). Pelarut n-heksana diluapkan
Pemurnian dengan larutan KOH 0,1 N, Bleaching Earth 2%, Karbon Aktif 0,2%
Optimasi kondisi reaksi transeterifikasi (sintesis biodiesel)
Ditambah methanol (1:9)-KOH 0,5% berat,
disonikasi dengan frekuensi ultrasonic 40kHz dan waktu reaksi 40 menit.
Kemudian gliserol dipisahkab, ester dicuci dengan air hangat, dikeringkan
dengan Na2SO4 anhidrat, lalu disaring
Penentuan
komposisi asam lemak
Penyusun
trigliserida
Uji Karakteristik Biodiesel
Gambar 3 : Skema proses kerja pengolahan buah
bintaro menjadi biodiesel
Proses pengolahan bioenergi yang menghasilkan
biodiesel dari tanaman diperlukan buah bintaro yang sudah masak yang berwarna
coklat tua, yang jatuh di bawah pohon. Buah bintaro dikupas dengan parang untuk
diambil bijinya dengan mengeluarkan daging buahnya dengan rendemen biji
keringnya sebesar 6 persen dari keseluruhan buah, biji Bintaro mengandung
50-70% minyak yang tersusun atas 43% asam oleat, 31% asam palmitat dan 17% asam
linoleat, yang mempunyai sifat beracun (cerebrin) disamping kandungan
asam lemak esensialnya yang sangat rendah (Heyne, 1987). Minyak bintaro skala
laboratorium diproses menggunakan metode ekstraksi dengan pelarut dengan
menggunakan peralatan soxhlet dan pelarut n-heksana. Proses pengeringan
biji pada suhu 500 sampai 600 C selama 48 sampai 72 jam dan kemudian
diekstraksi sekitar 6 sampai 8 jam yang menghasilkan bungkil dengan kadar
minyak rendah (1 sampai 2 persen), dengan mutu minyak kasar yang dihasilkan
relatif baik. Dari proses ekstraksi minyak bintaro pada skala laboratorium
diperoleh rendemen sebesar 56,3% dengan kualitas minyak yang sangat baik.
Komposisi asam lemak minyak bintaro didominasi oleh asam lemak oleat, palmitat,
linoleat dan stearat. Dari hasil proses ekstraksi diperoleh ampas yang
mempunyai nilai kalor cukup tinggi. Hasil uji coba skala laboratorium ini
disajikan dalam bentuk neraca massa yang ditunjukkan pada gambar di atas, dan
karekteristik minyak biodesel bintaro seperti table di bawah (Purwanto et.
al., 2011).
Suatu minyak nabati jika digunakan langsung
untuk bahan bakar pada mesin diesel akan menimbulkan masalah yang diakibatkan
oleh tingginya nilai viskositas (kekentalan) minyak nabati yang akan
menyulitkan pompa bahan bakar dalam mengalirkan bahan bakar ke ruang bakar.
Faktor yang mempengaruhi reaksi transeterifikasi adalah alkohol yang digunakan,
katalis yang digunakan, perbandingan mol alcohol terhadap minyak, kemurnian
rektan, intensitas pengadukan, dan kromatografi gas (GC). Karakteristik Biodiesel :
Parameter
|
Nilai
|
Standart Biodiesel Indonesia
|
Viskositas
(cSt, 40°C)
|
3,55
|
2,3 – 6,0
|
Densitas
(g/cm3, 40°C)
|
0,894
|
0,850 – 0,890
|
Bilangan
asam (mg KOH/g)
|
0,34
|
Maks. 0,8
|
Titik asap
(mm)
|
26
|
Min. 18°C
|
Titik
tuang (°C)
|
< 0
|
-15 – 10
|
Nilai
kalor (MJ/kg): -Gross
|
39,56
|
38,45 – 41,00
|
-
Nett
|
39,47
|
Reforestasi dengan tanaman bintaro dapat
dikembangkan melalui kegiatan perhutanan sosial di sentra produksi pangan.
Kegiatan tersebut berdampak bagi penurunan emisi dan insentif agar petani dapat
meningkatkan produktivitas pangan, terutama beras. Purwanto et. al., (2011) menjelaskan bahwa pemanfaatan
tanaman sebagai sumber energi terbarukan ini mengacu pada Peraturan Presiden
No. 5 Tahun 2006 tanggal 25 Januari 2006 tentang pengelolaan energi nasional
dalam rangka menjamin keamanan pasokan energi dalam negeri serta guna mendukung
pembangunan berkelanjutan, dimana target sampai tahun 2025 untuk mengoptimalkan
bahan bakar nabati mencapai 5 persen. Instruksi Presiden No. 1 Tahun 2006 bahwa
penyediaan dan pemanfaatan bahan bakar nabati (bio fuel) sebagai bahan bakar
alternatif.
Dari hasil uji beberapa karakteristik
biodiesel yang berasal dari minyak biji buah bintaro memenuhi standar Eropa (EN
14214), Amerika (ASTM D 6752) dan Indonesia (SNI) untuk bahan bakar biodiesel
sebagai bahan bakar pengganti solar. Karakteristik sifat fisik biodiesel secara
umum telah memenuhi standar SNI-04-7182-2006, kecuali temperature destilasi 90%
vol biodiesel yang dihasilkan telah melampaui syarat mutu, namun dinilai masih
memenuhi persyaratan biosolar. Klasifikasi biodiesel minyak biji bintaro secara
umum memenuhi klasifikasi bahan bakar diesel kelas rendah belerang No. 2-D,
yaitu bahan bakar untuk mesin-mesin berkecepatan putar sedang dan rendah
seperti mesin untuk industri dan mesin kendaraan berat.
Upaya Promotif
Tanaman bintaro merupakan suatu potensi
sebagai energi alternatif yang menghasilkan biodiesel yang simultan dengan
konservasi hutan untuk memperkaya stok karbon dan meningkatkan kesejahteraan
petani. Perlunya inovasi teknologi yang dapat memproses buah bintaro dalam
skala yang luas yang efektif dan efisien.
Adanya publikasi bahwa pohon bintaro beracun
dan dapat mengakibatkan kelumpuhan menyebar tindakan penebangan dan
pembongkaran terhadap pohon bontaro. Oleh karena itu, perlu adanya penyampaian
informasi secara berimbang pada masyarakat mengenai kerugian ataupun manfaat
yang dapat diambil dari pohon bintaro yang kemudian diikuti dengan pengelolaan
dan penggunaan yang tepat.
Sifat beracun pohon bintaro dapat
dimanfaatkan sebagai pestisida nabati. Racun pada tanaman adalah system alami
yang dikembangkan sebagai strategi pertahanan bagi tanaman tersebut dan sama
sekali bukan untuk membahayakan manusia. Tidak semua tumbuhan beracun merugikan
dan tidak semua tanaman obat memberikan manfaat. Jika bintaro dikelola dan
dimanfaatkan sengan tepat, meski mengandung racun belum tentu berbahaya bagi
manusia.
Penebangan terhadap pohon bintaro di berbagai
kota akan berpengaruh besar terhadap keseimbangan ekosistem. Keberadaan pohon
bintaro memiliki banyak manfaat, baik bagi lingkungan maupun manusia itu
sendiri. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi sifat beracun
pohon bintaro antara lain yaitu:
pemasangan tenda peringatan atau himbauan bahwa pohon bintaro beracun dan tidak
dimanfaatkan untuk kebutuhan konsumsi, pemberian pagar pengaman di sekeliling
tanaman, dan pemilihan lokasi penanaman yang tepat.
Upaya
Preventif
Upaya optimalisasi potensi pohon bintaro
dapat dilakukan melalui pola kemitraan pihak yang berkompeten (akademis,
peneliti, Dinas Pertanian, dan Dinas Kehutanan), pendampingan, dan sosialisasi
pada masyarakat dalam penanaman maupun pemeliharaannya, sehingga terhindar dari
resiko keracunan. Upaya mengolah dan mengembangkan bintaro menjadi berbagai
produk yang bermanfaat seperti lilin, biodiesel, deodorant, pestisida nabati,
maupun obat-obatan dapat diberikan kepada masyarakat berdasarkan pada
penelitian ilmiah.
Bintaro (
Cerbera manghas L. ) merupakan salah satu jenis tanaman mangrove yang
berguna untuk penghijauan, penghias kota, tanaman obat yang potensial, dan
bahan baku kerajinan. Tanaman ini dikenal beracun karena bijinya mengandung cerberine yang dapat menghambat saluran
ion kalsium di dalam otot jantung, sehingga dapat mengakibatkan kematian. Dalam
pemanfaatannya sebagai pestisida nabati, bintaro antara lain dapat digunakan
untuk pengendalian rayap dan kutu rambut. Belum banyak penelitian tentang pemanfaatan
bintaro sebagai pestisida nabati. Oleh sesab itu perlu dilakukan penelitian
lebih lanjut pemanfaatan bintaro sebagai salah satu insektisida nabati yang
sangat potensial. Pendapatan petani per tahun pada lahan seluas satu hektar
bila mengusahakan tanaman bintaro sebesar 6 juta rupiah, lebih besar dari pada
mengusahakan kegiatan tanaman pangan dengan pendapatan sebesar sekitar 5,5 juta
rupiah. Keunggulan melakukan budidaya tanaman bintaro yakni merupakan tanaman
tahunan masa produktif panjang. Tanaman pangan merupakan tanaman semusim yang
secara berkala harus dilakukan penanaman kembali setelah panen. Dengan demikian
pengusahaan tanaman bintaro dapat menghemat tenaga kerja, yang dibutuhkan pada
waktu panen dan pengolahan hasil menjadi bio diesel. Adanya lahan yang tidak
optimal dimanfaatkan untuk kegiatan tanaman pangan dan potensi buah bintaro
yang belum termanfaatkan merupakan suatu peluang untuk penambahan pendapatan
petani sekaligus penyediaan sumber energi altenatif dari tumbuhan atau bio
energi.
DAFTAR
PUSTAKA
Asmani,
Najib. 2011. Membangun Perhutanan Sosial
Berbasis Energi Terbarukan Tanaman Bintaro di Sentra Produksi Pangan. Program Studi Agribisnis Fakultas
Pertanian Universitas Sriwijaya Jl. Raya Inderalaya Km.32, Inderalaya. Prosiding Seminar Nasional AVoER ke-3
Palembang. ISBN : 979-587-395-4. KMT-1.
Atabani, A.E.
2007. Biodiesel: a promising alternative
energy resource. Department
of Mechanical Engineering, University of Malaya, 50603 Kuala Lumpur, Malaysia.
Endriana, Dodi. 2007. Sintesis Biodiesel (Metil Ester) dari Minyak
Biji Bintaro (Cerbera odollam Gaertn.) Hasil Ekstraksi. Depok: Universitas
Indonesia. (Skripsi).
Euthalia, Hanggari Sittadewi. 2008. Identifikasi Vegetasi di Koridor Sungai dan
Perannya dalam Penerapan Metode Bioenginering. Peneliti Madya
Pada Pusat Teknologi Sumberdaya Lahan,Wilayah dan Mitigasi Bencana, BPPT. Jurnal Sains dan
Teknologi Indonesia Vol. 10 No. 2 Agustus 2008 Hlm. 112-118.
Evy Setiawati, Fatmir Edwar. 2012. Teknologi Pengolahan Biodiesel dari Minyak Goreng Bekas dengan Teknik
Mikrofiltrasi dan Transesterifikasi sebagai Alternatif Bahan Bakar Mesin Diesel
(Technology Processing of Biodiesel from Used Cooking Oil by Microfiltration
and Transesterification Techniques as an Alternative Fuel of Diesel Engine).
Balai Riset dan Standardisasi Industri Banjarbaru. Jurnal Riset Industri Vol.
VI No. 2, 2012, Hal. 117-127.
Greg Iman1, Tony Handoko. 2011.
Pengolahan Buah Bintaro sebagai Sumber
Bioetanol dan Karbon Aktif. Bandung: Jurusan
Teknik Kimia FTI UNPAR. Prosiding
Seminar Nasional Teknik Kimia “Kejuangan” ISSN 1693 – 4393.
Nur Alindatus Sa’diyah1, Kristanti
Indah Purwani, dan Lucky Wijayawati. 2013. Pengaruh
Ekstrak Daun Bintaro (Cerbera odollam)
terhadap Perkembangan Ulat Grayak (Spodoptera
litura F.). Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Jurnal Sains dan
Seni Pomits. Vol. 2, No.2, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) E-111.
Priyohadi Kuncahyo, Aguk Zuhdi M.
Fathallah , Semin . 2013. Analisa
Prediksi Potensi Bahan Baku Biodiesel Sebagai Suplemen Bahan Motor Diesel di
Indonesia. Jurusan Teknik Sistem Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan,
Institut Teknologi Sepuluh Nopember ( ITS). Jurnal Teknik Pomits. Vol. 2, No.
1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-62.
Sri Utami, Lailan Syaufina, Noor Farikhah Haneda. 2010. Daya Racun Ekstrak Kasar Daun Bintaro (Cerbera odol/am Gaertn.) Terhadap
Larva ( Spodoptera litura) Fabricus. Jurnal llmu Pertanian Indonesia, him.
96-100 ISSN 0853- 4217. Vol. 15 No. 2 (211-220).
Utami, Sri. 2010. Aktivitas Insektisida Bintaro ( Gaertn)
Terhadap Hama spp. pada Skala Laboratorium Cerbera odollam Eurema
(Activities of Bintaro ( Gaertn.) Insecticide
on spp. Pest in
Laboratory Scale). Jurnal Penelitian Hutan Tanaman. Balai Penelitian Kehutanan Palembang. Vol. 7 No. 4
Warta Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Industri. 2011. Bintaro (Cerbera
manghas) Sebagai Pestisida Nabati.Vol 17, Nomor 1.
Warta Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Industri. 2011. Hama Ulat Pemakan
Daun Tanaman Bintaro (Cerbera manghas).Vol 17, Nomor 1.
Warta Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Industri. 2011. Potensi Tanaman
Bintaro (Cerbera manghas) Sebagai Alternatif Sumber Bahan Bakar nabati. Vol
17, Nomor1.
Yvan Gaillarda, Ananthasankaran Krishnamoorthy, Fabien
Bevalot. 2004. Cerbera odollam: a ‘suicide tree’ and cause of death in the
state of Kerala, India. Journal of Ethnopharmacology 95 (2004)
123–126.
No comments:
Post a Comment